Best Gift at Age 22
Waktu
itu sekitar pukul 9 malam di bulan Oktober tahun 2019. Saya bersama pacar saya
sedang memesan nasi goreng di sekitaran jalan Dipati Ukur.
Ketika
kami menunggu pesanan datang, seorang gadis kecil dengan wajahnya yang memelas
datang menghampiri kami sambil mengangkat tangan kanannya. Saya mengerti
maksudnya. Saya mengeluarkan uang sebesar 5000 rupiah untuk kemudian saya
berikan. Selang beberapa menit, seorang pria berumur 20-an melakukan hal yang
sama seperti gadis kecil barusan. Saya melihat pacar saya mengeluarkan uang
untuk kemudian diberikan kepadanya. Setelah pria itu pergi, terjadilah
perdebatan diantara kami, kira-kira seperti ini:
Saya:
"Kenapa kamu memberi uang pada pria itu?"
Pacar saya: "Kenapa memang?"
Saya: "Dia pria muda dan sehat,
dia bisa mencari pekerjaan yang layak tanpa harus meminta-minta".
Pacar saya: "Karena dari kecil
aku diajarkan mama begitu, kalau mau kasih ya kasih aja".
Saya: "Tapi gimana kalau misal
dengan cara kita memberi dia seperti itu, dia menjadi malas untuk mencari
pekerjaan?"
Pacar saya: "Memang apa hak kamu
berlaku seperti itu?"
Saya: "Loh, Walkot RK saja
menganjurkan begitu".
Pacar saya: "Kita gak pernah tau
apa yang terjadi dengan seseorang. Mungkin saja dia sudah berusaha mencari
pekerjaan tapi tak kunjung dapat, misal dia tulang punggung keluarga dan
terdapat keluarganya yang sakit, lalu dia terpaksa minta-minta, gimana?"
Setelah
perdebatan itu, saya seringkali merenung. Setiap kali saya melihat
peminta-minta dan pengamen, saya mencoba menempatkan diri untuk berada di
posisi mereka. Dan saya merasa begitu sedih ketika memikirkan bahwa kadang
mungkin mereka iri dengan kita yang memiliki motor dan mobil, kadang mungkin
mereka iri dengan kita yang bisa makan di restoran, kadang mungkin mereka iri
dengan kita yang bisa tidur di kasur dan rumah yang bagus. Sesekali, mereka
mungkin meratapi hidup dikala hujan turun dan panas terik. Sesekali, mereka
mungkin menangis ketika tak kunjung mendapat uang. Dan sesekali, mereka mungkin
merasa hidup tidaklah adil sehingga mereka mengutuk dirinya sendiri dan juga
Tuhan.
Akhirnya
saya sampai pada kesimpulan bahwa mereka semua tidak ingin ada di posisi
tersebut. Mereka semua sama dengan kita, mempunyai mimpi dan cita-cita. Mungkin
keadaanlah yang memaksa mereka untuk terjun ke jalanan, berharap hari esok
tetap bisa menjalani hidup dengan makan dari hasil kasihani orang.
Ini
adalah pelajaran terbaik bagi saya di tahun ini. Sehingga saya merasa bahwa ini
adalah kado terbaik pada umur saya yang genap menginjak 22 tahun. Tentu saya
tidak ingin menjadi dewasa secara fisik tanpa menjadi pribadi yang lebih baik.
Berbagi
bukan memilih
Memberi bukan mengkaji
Hidup bukan hanya tentang materi
Cinta kasih selalu perlu bukti.
Berbagi bukan tuk dipuji
Memberi bukan pula tuk menjadi tinggi
Kita hidup di bumi, untuk saling
mengasihi.
Komentar
Posting Komentar